Assalamu'alaikum Wr.Wb Selamat datang di Blog PSMS Medan..salam sada roha.Menyatukan Fans Suporter PSMS Seluruh Indonesia...Jangan ngaku anak Medan Kalau gak dukung PSMS Medan!

Selasa, 21 Februari 2012

DERBY Sumatera Imbang

MEDAN-Menghadapi PSMS di Stadion Teladan, Senin (20/2) sore, ternyata skuad Sriwijaya FC lebih kasar. Terbukti pada pertandingan tersebut Laskar Wong Kito bermain cukup kasar.
Pada laga yang berakhir dengan skor 0-0 itu, pelanggaran yang dilakukan Ponaryo Astaman dkk berbanding 27 : 17 terhadap Markus Haris Maulana dkk. Tidak itu saja, untuk kartu kuning, tim dari Sumatera Selatan tersebut malah jauh unggul. Kartu kuning yang dibukukan wasit Aeng Suarlan, ada empat untuk Sriwijaya FC (Mahyadi 43′, Supardi 48′, Firman Utina 74′, Bahtiar 78′) dan hanya satu untuk PSMS (Zulkarnain 30′).
Kenyataan ini seperti sudah digemborkan oleh asisten pelatih Sriwijaya, Indrayadi, sebelum laga. Katanya, Sriwijaya akan mengantisipasi rap-rap (gaya khas PSMS) dengan gaya permainan yang sama karena mereka memiliki dua pemain eks PSMS. Sayangnya, rap-rap yang dimaksud kubu Sriwijaya malah salah kaprah. Mereka tidak sekadar main keras, tapi malah main kasar. Buktinya, dua pemain yang diandalkan untuk rap-rap, Mahyadi dan Supardi, malah diganjar kartu kuning.
“Kompetisi ini (ISL, Red) sedang disorot dan memiliki konflik dengan kompetisi tandingannya (IPL, Red). Jadi ISL ini masih membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia. Harusnya wasit bertindak lebih fair play,” elak sang pelatih Sriwijaya, Kas Hartadi.
Kalimat Kas Hartadi ini memang mengarah pada kepemimpinan wasit yang dianggapnya tidak fair. Ada beberapa pelanggaran yang sejatinya menguntungkan Firman Utina dkk, tapi malah dibiarkan. “Dengan melakukan evaluasi, harusnya wasit yang seperti itu tak lagi dipakai di kompetisi ini,” tegas Kas Hartadi.
Namun, menurut Kas Hartadi, hasil tanpa gol di Stadion Teladan ini merupakan hasil yang memuaskan. “Begitulah sepak bola. Ada peluang belum tentu bisa menghasilkan gol. Dan kami memang kurang beruntung, walau anak-anak sudah bermain baik hari ini (kemarin, Red)” tuturnya.
Senada, pelatih PSMS Suharto AD juga menyesalkan keputusan wasit. Pasalnya, juga ada pelanggaran pemain Sriwijaya FC di kotak penalti terhadap striker PSMS Dong Soo yang tak diberikan hadiah tendangan penalti. “Wasit kurang jeli hari ini (kemarin, Red). Banyak keputusan yang ditentukannya berdasar keraguan. Harusnya pelanggaran yang dilakukan kepada Dong Soo itu dihadiahi penalti,” ujar pelatih berkepala plontos itu.
Masih berkomentar sama dengan Kas Hartadi, menurut Suharto wasit yang tak berkompeten harusnya tak dipakai lagi. “Kalau perlu diistirahatkan saja wasit yang seperti itu. Wasit masa ragu memberikan keputusan?!” tegasnya.
Dari pengamatan wartawan, sesekali keputusan wasit memang berdasarkan tekanan dari pemain. Saat ada pemain yang jatuh, kapten langsung mendatangi wasit dan membentak-bentak. Lantas wasit baru mengeluarkan kartu kuning.

Jumat, 17 Februari 2012

Derby sumatera Milik siapa..?

PSMS medan berhasil menuai 3 poin penuh dari tamunya,Persiram raja ampat.
namun skuad PSMS jangan lekas berbesar hati dulu,selain masalah finishing touch yang masih buruk,PSMS juga akan menghadapi laga KLASIK juga SARAT GENGSI,antara 2 derby sumatera yang pernah merajai Persepakbolaan indonesia beberapa tahun silam,yaitu PSMS dan Sriwijaya FC.
Tak hanya l...aga klasik,kembalinya supardi dan mahyadi ke teladan juga membawa kenangan berbeda,karena di Medanlah nama mereka dibesarkan.
Mereka juga membantu PSMS untuk menduduki puncak atau fase tertinggi sepakbola nasional setelah era perserikatan dan galatama,tepatnya tahun 2007,mereka membantu PSMS menjadi Runner up yang membuntuti Sriwijaya FC diposisi puncak...
tak hanya gengsi antara 2 kiper ex dan kiper timnas sekarang yaitu Ferry dan Markus horrison,tapi juga dengan adanya duet maut kayamba dan hilton moreira yang harus dimatikan barisan pertahanan PSMS yang digalang Sasa zecevic dkk...
Menjadi partai SUPER BIG MATCH yang sangat sayang untuk dilewatkan...!

Psms medan kembali menang di kandang

Kemenangan PSMS, disambut publik Medan. Tiga poin ini juga disebut lantaran ciamiknya strategi caretaker Suharto AD yang berani memasangkan dan mengeluarkan pemain-pemain yang selama ini nyaman sebagai starter.

Suharto sendiri pada tetap mengusung 4-4-2. Memang tak banyak perubahan dalam susunan pemain. Namun, di lini depan, dia menduetkan Osas Saha dan Yoseph Ostanika dan mengistirahatkan Choi Dong Soo. Sedangkan di wingback kanan, Denny Rumba kembali dipercaya sebagai starter, dan Rahmad cadangan. Sejak ditangani Suharto, Denny Rumba selalu jadi pilihan utama.
Dalam pertandingan ini, penampilan Yoseph sangat baik, dan ini kali pertama striker yang sempat dilirik seleksi timnas U-23 ini main sebagai starter. Penampilan Yoseph yang bagus tak sejalan dengan Osas Saha. Pemain asing asal Nigeria ini acap kali tak bisa menyelesaikan peluang yang tercipta. Alhasil, Suharto menarik Saha pada babak pertama menit 34 dan memasukkan Choi Dong Soo.

Rabu, 15 Februari 2012

Coach soeharto memang mantab


Kuasai Strategi Lawan PSMS medan Vs Persiram

PSMS Medan optimistis menyongsong laga kandang menghadapi Persiram Raja Ampat di stadion Teladan Medan, dalam laga lanjutan kompetisi Superliga Indonesia (ISL) pada hari Kamis mendatang (16/02).

Hal tersebut diungkapkan oleh pelatih PSMS, Suharto, ia mengaku telah mengetahui kekuatan salah satu tim asal Papua tersebut. Suharto menyatakan dia bersama asisten pelatihnya Roekinoy dan Sugiar telah melihat rekaman pertandingan calon lawannya tersebut.
Add caption
“Secara teknis kami sudah tahu mengenali kekuatan mereka. Persiram kuat di lini belakang dan tengah. Mereka bukan tim yang mudah dikalahkan. Tetapi kita sudah punya strategi untuk mematahkan kekuatan Persiram,” katanya.

Suharto menilai Persiram memiliki skuad yang cukup kuat, terbukti mereka mampu mengalahkan tim kuat Deltras Sidoarjo dan terakhir membekuk Persidafon Dafonsoro dengan skor 5-2. Namun, Suharto tetap menargetkan kemenangan, terutama karena mereka bermain di kandang sendiri.

Selasa, 14 Februari 2012

PSMS Medan Kuasai Lawan Persiram

“Secara teknis kami sudah tahu mengenali kekuatan mereka. Persiram kuat di lini belakang dan tengah. Mereka bukan tim yang mudah dikalahkan. Tetapi kita sudah punya strategi untuk mematahkan kekuatan Persiram,” katanya.

Suharto menilai Persiram memiliki skuad yang cukup kuat, terbukti mereka mampu mengalahkan tim kuat Deltras Sidoarjo dan terakhir membekuk Persidafon Dafonsoro dengan skor 5-2. Namun, Suharto tetap menargetkan kemenangan, terutama karena mereka bermain di kandang sendiri.

“Ini membuktikan Persiram tidak bisa dianggap remeh, kami akan bermain total.Yang penting target kami hasil maksimal dari Persiram, mereka adalah tim yang kuat, kerja sama tim mereka juga bagus. Harapan kami bisa bermain yang terbaik,” ujarnya.

PSMS Medan tersungkur lagi di sigli


PSAP Sigli melanjutkan tren positif dengan meraih kemenangan kedua mereka usai menekuk PSMS Medan 2-1 dalam pertandingan Superliga Indonesia (ISL) 2011/12 di Stadion Kuta Asan, Sabtu (11/2).

Tambahan tiga angka mengangkat posisi PSAP ke peringkat 15 klasemen sementara setelah mengumpulkan sepuluh poin dari 11 laga yang dijalani. Dengan hasil ini, PSAP tidak terkalahkan di tiga pertandingan terakhir, setelah sebelumnya bermain imbang melawan Persiba Balikpapan, dan mengalahkan Gresik United.

Raihan angka PSAP kini sama dengan PSMS yang berada di peringkat ke-14. Namun tim Ayam Kinantan unggul selisih gol dari Laskar Aneuk Nanggroe.

Sejarah Perjalanan Psms medan






 PSMS Medan pernah sangat ditakuti di blantika sepak bola nasional, khususnya di era Perserikatan. Diproklamirkan 21 April 1950, tim berjuluk Ayam Kinantan lima kali juara Perserikatan, yakni pada 1967, 1971, 1975 (juara bersama Persija Jakarta), 1983, dan 1985. Tak hanya sederet prestasi, tentu saja. Tim yang bermarkas di Stadion Teladan, Medan, Sumatera Utara, juga mengentaskan sederet pemain top yang selain menjadi legenda klub juga berperan besar bagi tim nasional. Siapa yang tak kenal Parlin Siagian, Nobon, Anjas Asmara, Sarman Panggabean, Tumsila, Ricky Yacobi, Marzuki Nyakmad, Ponirin, Iwan Karo-Karo, Sunardi A, Sunardi B, Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Reswandi, dan Markus Horison?

PSMS tak lahir begitu saja. Dia lahir dari sejarah yang panjang, berliku-liku, bahkan sebelum Republik Indonesia terbentuk. Pada 1930 berdirilah MSV (Medansche Voetbal Club). Sekelompok anak-anak muda, dari berbagai kelompok, bermain bola bersama. Seiring berjalannya waktu, terbentuklah PSMS, Persatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya. PSMS memilih daun tembakau sebagai logo, karena di Medan, kala itu, tumbuh subur tembakau.

Di Indonesia, tak banyak yang mendapat julukan 'kota sepak bola' dan Medan adalah salah satunya, selain Surabaya, Bandung, Makassar, dan Jakarta. Terbukti, tim-tim inilah yang menjadi langganan PSMS bertemu di final Perserikatan. Bagi meraka yang berusia di atas 40, masih teringat jelas bagaimana dahsyatnya final Perserikatan pada 1984. Di final, PSMS bertemu Persib Bandung, tim terkokoh di Jawa Barat. Pertarungan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (Stadion Utama Senayan). Laga menyedot ribuan pendukung kedua tim. Ditaksir, final disaksikan lebih kurang 120 ribu penonton dan masuk Museum Rekor Indonesia (MuRI) sebagai pertandingan yang menyedot penonton terbanyak sepanjang sejarah sepak bola dalam negeri. Laga yang berlangsung ketat, yang juga menguras tenaga, dimenangkan PSMS. Medan bepesta, Sumatera Utara bergelora. Setahun kemudian, PSMS dengan musuh yang sama di partai puncak, juga tampil sebagai yang terbaik. Persib saat itu diperkuat sederet pemain top yang kemudian menjadi legenda tanah Pasundan, di antaranya Ajad Sudrajat, Robby Darwis (kini asisten pelatih Persib Bandung), Kosasih, Sukowiyono, dan Iwan Sunarya.

"Saya tak akan pernah melupakan pertandingan melawan Persib. Ratusan ribu orang menyaksikan langsung di stadion, belum lagi jutaan pasang mata melalui televisi. Ketika menang dan menjadi juara, kami dielu-elukan, bahkan ketika sampai di Bandara Polonia Medan. Saya dan kawan-kawan merasa seperti pahlawan," kata Sunardi A, saat saya menemuinya di Medan beberapa waktu silam.

Perjalanan PSMS di kancah sepak bola nasional tak melulu mulus. Seiring berjalannya waktu, Ayam Kinantan kerap dililit persoalan pelik. Konflik internal, di mana keegoan lebih ditonjolkan, PSMS babak belur dan pelan-pelan tenggelam sonder prestasi.

Pada 1994, era Perserikatan, kompetisi yang sangat dinanti-nanti seluruh rakyat Indonesia, karena fanatisme daerah dipertaruhkan, berlalu sudah. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesioa (PSSI) selaku otorita sepak bola dalam negara melebur Perserikatan dan Galamata (kompetisi profesional antar klub saat itu) ke dalam satu kompetisi bernama Liga Indonesia.

PSMS tak punya catatan bagus di Liga Indonesia. Tim kebanggaan warga Medan harus menunggu lama untuk mencicipi posisi bergengsi, yakni pada 2007. Diperkuat trio Sumatera Utara, Mahyadi Panggabean, Saktiawan Sinaga, dan Markus Horison, PSMS tampil sebagai runner up. Sejak saat itu, Ayam Kinatan tak lagi nyaring 'berkokok'. Bahkan, fans setia mereka harus menerima kenyataan, setahun setelah bercokol sebagau runner up Liga Indonesia, PSMS degradasi ke Divisi Utama. Kini, PSMS tampil di Indonesia Super League (ISL) 2011/2012. Keikutsertaan mereka di ISL, kompetisi paling bergengsi di tanah air, punya cerita sendiri, yang mau tidak mau, enak atau tidak, menjadi bagian dari perjalan sejarah PSMS ke depan. Kepengurusan PSSI di bawah Djohar Arifin Husin, dengan alasan yang kurang kuat dan akurat, memasukkan enam tim ke kompetisi level satu. Keenam tim tersebut adalah Bontang FC, Persema Malang, PSM Makassar, Persibo Bojonegoro, Persebaya, dan PSMS.

Keputusan ini kontan memantik protes klub-klub lain, khususnya anggota ISL. Keputusan Djohar dituding mencederai semangat fair play dalam sepak bola. Persema, Persibo, dan PSM seyogyanya tak bisa tampil ke kompetisi level satu karena tengah menjalani sanksi PSSI era Nurdin Halid, terkait keterlibatan mereka di Liga Prima Indonesia, kompetisi gagasan Arifin Panigoro yang tak diakui PSSI dan FIFA.

Sementara, Persebaya dan PSMS tak bisa tampil lantaran tak punya prestasi mentereng di Divisi Utama. Tim yang bisa tampil ke jenjang selanjutnya adalah tim juara dan peringkat dua Divisi Utama. Keempat tim yang berhak adalah Persiba Bantul, Persiraja Banda Aceh, Mitra Kutai Kartanegara dan Persidafon Dafonsoro. Sedangkan Bontang FC tak layak karena mereka degradasi ke Divisi Utama. Masuknya enam tim tambahan membuat kuota bertambah. Padahal, berdasarkan Kongres Tahunan PSSI di Bali pada Januari 2011 memutuskan bahwa kompetisi tertinggi hanya boleh diikuti 18 tim.

Senin, 06 Februari 2012

PSMS Medan Menang Telak 4 - 1 Kontra Persiba


PSMS Medan mencatat kemenangan kedua di Stadion Teladan, usai menaklukkan Persiba Balikpapan 4-1, Senin (6/2) malam WIB.


Ini adalah kemenangan perdana PSMS setelah paceklik kemenangan di enam laga berturut tanpa kemenangan. Kali terakhir PSMS menang, saat mengalahkan Persisam, Desember tahun lalu di partai kedua ISL.

Ini adalah pembuktian asisten pelatih PSMS, Suharto, Roekinoy, dan Sugiar yang memimpin tim usai pelatih kepala Raja Isa didepak. Ini merupakan kemenangan terbesar PSMS, mengingat sebelumnya hanya menang 1-0 atas Persisam.

Sejak pertandingan dimulai, PSMS mampu bermain lepas dan mengusung serangan dari tiap lini. Pada babak pertama, Markus Haris Maulana dkk langsung menekan pada menit kelima, melalui tendangan sudut Luis Pena yang dimanfaatkan Osas Saha, namun masih bisa ditangkap kiper Persiba I Made Wirawan. Empat menit kemudian, giliran Luis Pena menerima umpang crossing dari Denny Ruma masih bisa diblok I Made Wirawan.

Serangan yang bertubi-tubi berbuah gol. Pada menit ke-13, Alamsyah Nasution mencetak gol lewat tendangan bebas, setelah Denny Rumba dilanggar di luar kotak penalti. Kedudukan langsung berubah 1-0. Keunggulan PSMS bertambah sebelah menit kemudian. Menit ke-24, giliran Luis Pena mencetak gol lewat tendangan penalti. PSMS menerima penalti, usai tendangan keras Inkyun Oh dari luar kotak penalti mengenai tangan bek Persiba di kotak penalti. Skor berubah jadi 2-0.

Kekalahan Perdana di Kandang PSMS Medan

Pertandingan PSMS ISL kontra Gresik United di Stadion Teladan, Kamis (2/2) malam WIB, diakhiri dengan berbagai insiden. Beberapa di antaranya sangat memantik emosi dan simpati.

Mulai dari pelemparan botol air mineral ke bench pemain kedua tim. Ini terjadi sejak PSMS kebobolan lewat gol Gustavo Chena pada menit ke-51. Publik yang rindu kemenangan berang. Berbagai kata-kata pedas muncul sepanjang sisa babak kedua kepada Raja Isa. Puncaknya, pada menit ke-85, dua kartu merah diterima masing-masing pemain. Choi Dong Soo yang melakukan pelanggaran (memukul) Marwan Sayedeh menerima kartu merah. Marwan yang kemudian melakukan provokasi juga dihadiahi kartu merah.
Pertandingan semakin panas, lantaran Marwan tak bergegas keluar lapangan, padahal pertandingan segera usai. Marwan akhirnya dipaksa skuad PSMS untuk keluar lapangan.

Usai laga ini, suporter yang tak bisa membendung kekecewaan atas kekalahan, melampiaskannya dengan melempari kaca stadion. Beberapa kaca pecah dan lemparan batu juga mengenai wajah dan kepala dua satpol PP yang diketahui bernama Bachtiar dan Ginting. Keduanya sempat dirawat sebentar di ruang ganti pemain. Keduanya tampak digiring dengan perban di kepala keluar dari stadion.

Situasi memanas ini membuat skuad PSMS dan Gresik memperlambat kepulangan dari stadion. Bus PSMS dikawal pihak keamanan. Tirai dalam bus pemain pun ditutup. Saat pemain memasuki bus, semua tampak murung. Bahkan Anton Samba sempat terlihat berurai air mata menuju ruang ganti pemain selepas laga usai.